Minggu, 25 Mei 2008

Dhikr Ism Dhat Allah Dan Lain-Lainnya

Dari ayat 25 Surah al-Dahr(al-Insaan) dan ayat 8 Surah Muzammil di atas, jelas membuktikan bahawa dhikr Ism al-Dhat Allah, Allah... adalah disyari'atkan bukan bid'ah. Demikian juga dhikr dengan mana-mana asma' al-husna adalah dibolehkan, malahan Allah menegaskan dengan firmannya:Maksudnya:
"'Katakanlah (Ya Muhammad) Sebutlah Allah atau sebutlah al-Rahman.
Dengan nama yang mana kamu sebutkan, Allah mempunyai asma" husna (nama-nama yang terbaik).(Surah al-Israa', ayat 110)
Allah berfirman:Maksudnya:
"katakanlah (Ya Muhammad) Allah, kemudian biarkan mereka (orang-orang kafir itu) bermain-main dalam gelanggang kesesatan mereka. "(Surah al-An'aam, ayat 91)
Nabi s.a.w juga pernah bersabda: Maksudnya:
"Hari kiamat tidak akan terjadi sehingga di bumi ini tidak ada lagi disebut Allah, Allah (dan Allah tidak disembah)"

Menurut pandangan Shaikh al-Taiyibi bahawa hadith di atas bermakna hari kiamat tidak akan berlaku sehingga sampai satu zaman di mana tidak ada lagi manusia yang menyebut nama Allah dan tidak ada yang menyembah atau mentaatinya.('Ali al-Qaric, Mu'qqat al-Mafatih, Jld. 5, h. 226)

Dari fakta di atas maka dhikr Ism Dhat Allah," Allah", itu disyariatkan. Nyatalah kesalahan dan kesilapan pandangan mereka yang selalu mengkritik amalan dhikr, "Allah, Allah" itu. Sebutan Allah, Allah tidak dalam ayat yang lengkap (جعلة تامة مفيدة) seperti Allahu Akbar dan sebagainya. Memang pada zahirya ucapan kalimah Allah, Allah itu semacam bukan jumlah mufidah tetapi pada hakikatnya bagi orang yang berdhikr sebutan itu telah menjadi jumlah mufidah, kerana orang yang berzikir itu akan menyertakan muraqabah atau tafakkur terhadap mana-mana dari berbagai sifat-sifat Allah. Misal wujudNya keagonganNya atau kesempurnaanNya dan sebagainya lagi.

Malahan kebanyakan ulamak tasawuf menegaskan kelebihan dan keistimewaan dhikr Ism Dhat Allah, Allah ini. Ibn 'Ajibah menyebutkan "Al-Ism al-mufrad" (Allah) adalah sultan bagi nama-nama Allah iaitu nama Allah yang teragong. Hendaklah simurid itu sentiasa menyebutnya dengan lidahnya sehingga nama Allah itu sebati dengan darah dagingnya dan meresap cahayaNya keseluruhan zahir dan batinnya dan setiap bahagian dirinya. Sheikh Abu Qasim al-Junaidi pula menyebutkan:

"Orang (yang benar-benar) dapat mengingati nama ini (Allah) hilang rasa wujud diri, erat hubungannya dengan Tuhannya, sentiasa melaksanakan hak Tuhannya, hatinya sentiasa memandangNya, berbagai nur shuhud (yang Allah kurniakan) menghapuskan berbagai sifat-sifat jahatnya."

Adapun لااله الاالله dhikr atau dhikr tahlil sememangnya sangat jelas menjadi yang disyari'atkan juga kepada para nabi sekeliannya. Rasulullah s.a.w pernah bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Tibrani:Maksudnya:
"Sebaik-baik yang aku ucapkan dan para nabi sebelumku ialah لااله الاالله "

Dalam al-Quran kalimah لااله الاالله ini dikenali sebagai Kalimah Tayyibah, Kalimah Taqwa, Qawl Thabit. Dengan kalimah لااله الاالله inilah Allah meneguhkan kehidupan orang-orang mukmin, zahir dan batin mereka di dunia dan di akhirat. Allah berfirman:Maksudnya :
"Allah meneguhkan kehidupan (zahir dan batin/iman) orang-orang yang beriman dengan al-Qawl al-Thitab لااله الاالله di dunia dan akhirat."(Surah Ibrahim, ayat 27)

Antara caranya untuk menguatkan iman dengan kalimah tersebut ialah dengan membanyakkan menyebut dan mengingati maksud, tujuannya. Sebab itulah bila para sahabat bertanya kepada Rasulullah s.'a.w bagaimana caranya untuk menguatkan dan membaharui semangat iman, maka baginda bersabda:Maksudnya:
"Perbanyakanlah menyebut لااله الاالله"
________________________________________

Tidak ada komentar: